Boikot? Apakah Seberpengaruh Itu?

11/03/2023

Boycott Israel


Dalam era informasi dan konektivitas saat ini, fenomena boikot menjadi semakin umum sebagai bentuk protes dan ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai isu. Boikot seringkali merupakan salah satu ekspresi paling langsung dari ethical consumerism. Ketika konsumen menemui produk atau perusahaan yang dianggap melanggar nilai-nilai etika atau norma yang mereka anut, konsumen dapat memutuskan untuk tidak mendukung entitas tersebut melalui boikot.


Boikot dapat diartikan sebagai tindakan penolakan atau penghindaran terhadap suatu produk, layanan, atau entitas tertentu sebagai bentuk protes terhadap perilaku atau kebijakan yang dianggap tidak etis atau merugikan. Sementara ethical consumerism adalah konsep dimana konsumen membuat pilihan pembelian berdasarkan pertimbangan etika dan nilai-nilai sosial atau lingkungan. Hal ini melibatkan kesadaran dan keputusan untuk mendukung produk atau merek yang dianggap memiliki dampak positif pada lingkungan, hak asasi manusia, keadilan sosial, atau isu-etika lainnya. 


Seperti yang terjadi di Palestina dan Israel. Beberapa masyarakat memutuskan untuk memboikot perusahaan dan produk-produk yang berafiliasi dengan Israel. Gerakan boikot dapat memiliki dampak besar walau implementasinya tidak selalu berjalan mulus. 


Nah, apakah boikot yang dilakukan oleh masyarakat dunia saat ini terhadap Israel dan konco-konconya efektif? 

Menurut beberapa ahli, boikot mungkin tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian Israel atau perilaku konfliknya, terutama jika boikot tidak dipertahankan dan tidak mendapat liputan media yang cukup. Perekonomian Israel dikatakan lebih bergantung pada ekspor teknologi dibandingkan barang konsumsi, dan struktur perusahaan saat ini dapat menyulitkan konsumen untuk menentukan produk mana yang terkait dengan Israel. Selain itu, beberapa pihak berpendapat bahwa negara-negara yang membeli produk dari Israel kemungkinan besar tidak akan memboikot negara tersebut, namun malah menyatakan penolakan mereka melalui cara lain, seperti memberikan suara di Majelis Umum PBB.

Tapi, faktanya di lapangan beberapa perusahaan yang terang-terangan memberikan dukungannya secara langsung kepada Israel mengalami penurunan jumlah saham dan mendapat kecaman keras dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti penurunan penjualan, hingga depresiasi nilai merek adalah beberapa implikasi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan yang menjadi target boikot. Lalu, jika boikot ini sia-sia atau tidak berefek maka seharusnya tidak akan ada shadowban, paid buzzer, hingga pelarangan aksi di beberapa negara Eropa. Bukankah kalau ini terjadi sebenarnya para pemilik entitas pendukung Israel sebenarnya ‘resah’ akan boikot ini, bukan?

Mengapa boikot perlu tetap dijalankan walaupun efeknya tidak se-siginifikan itu?

Secara umum, sejumlah besar boikot berhasil mendorong perubahan kebijakan oleh perusahaan atau organisasi yang menjadi sasaran. Entitas yang menyadari dampak ekonomi dan reputasi akibat boikot sering kali merespons dengan mengubah praktek-praktek mereka untuk memulihkan hubungan dengan konsumen. Lihatlah yang dilakukan oleh McDonald's, Nestle, dan kawan-kawannya dengan membuat berbagai promo, memberikan sumbangan kemanusiaan dengan menjelaskan bahwa mereka tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan yang terang-terangan membantu Israel, hingga membuat wacana-wacana bahwa boikot ini akan berdampak pada angka PHK pegawai.

Bukankah dari sini makin menjelaskan bahwa mereka mulai ketar-ketir dengan aksi boikot ini?



Sumber foto:

https://thefulcrum.ca/opinions/boycotting-for-gaza/





You Might Also Like

0 comments